Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Apresiasi Puisi 'Gadis Peminta-minta' Karya Toto Sudarto

Parafrase Apresiasi Puisi Gadis Peminta-minta

Di tahun 1950 baik kehidupan bernegara maupun kehidupan bermasyarakatnya masih dalam masa transisi, sehingga penataan dalam kehidupan bernegarapun belum sepenuhnya maksimal, terutama dalam bidang ekonomi yang semakin terpuruk.Ketidakstabilan perekonomian negara juga berimbas pula pada kehidupan rakyat kecil, sehingga banyak rakyat kecil yang kesulitan memenuhi kebutuhan ekonomi mereka. Namun tidak semua rakyat mengalami penderitaan, warga negara yag berada di strata atas mungkin tidak begitu merasakan kesulitan ekonomi dibandingkan warga negara di strata bawah, sehingga kesenjangan ekonomi antara si kaya dan si miskin semakin terlihat pula.

            Puisi yang ditulis oleh Toto Sudarto Bachtiar ini ditulis pada tahun 1956, artinya puisi ini ditulis dalam keadaan perekonomian Indonesia yang tidak stabil, akibat penjajahan yang baru saja dialami oleh bangsa Indonesia dan tindakan yang tidak terpuji dari beberapa pemimpin Indonesia. Dalam keadaan perekonomian yang sedang labil, tentunya sudah terlihat pula kesenjangan sosial antara si kaya dan si miskin. Dalam puisi tersebut dilukiskan kesenjangan yang jauh antara si kaya dan si miskin. Setting yang di ambil adalah kota yang penuh dengan gemerlap dunia namun menyimpan sisi gelap kehidupan, dimana masih banyak pengemis berkeliaran yang tinggal di kolong-kolong jembatan, menyisir air sungai yang kotor dan kami menyimpulkan bahwa kota itu adalah kota Jakarta. Bahkan dikatakan oleh penyair bahwa pengemis itu sudah menjadi tanda bagi kota tersebut, tanpa pengemis itu kota yang ramai akan menjadi sepi.
http://artikel-pendidikan-sosial-ilmiah.blogspot.co.id/


            Dalam puisi ini penyair menyajikan sebuah hubungan yang sangat dekat antara kota yang gemerlap dengan para pengemis. Namun, sering pengemis itu menerima penghinaan dari orang-orang yang tinggal di kota tersebut, padahal derajat dan martabat yang mereka miliki sebagai manusia sama tingginya. Kenyataan yang diungkapkan oleh penyair ini seakan selaras dengan keadaan kehidupan sosial yang tengah terjadi pada saat itu.

            Sikap yang ditunjukkan oleh penyair dalam puisi tersebut adalah penyair ikut merasakan apa yang dialami oleh pengemis kecil, penyair ikut menyelami dan menghayati kehidupan pengemis yang jauh dari kesenangan dan kehidupan yang gemerlap. Puisi ini melukiskan hubungan yang sangat dekat antara dirinya dengan pengemis kecil, sampai menganggap bahwa tanpa pengemis kecil kotanya akan kehilangan identitas dan menjadi sepi. Melalui puisi ini penyair juga mengungkapkan perasaan harunya terhadap nasib yang dialami oleh pengemis kecil. Penyair juga mengajak pembaca agar tidak memandang rendah kedudukan pengemis.

“Gadis Peminta-minta” adalah sebuah puisi karya Toto Sudarto Bachtiar yang menunjukkan keharuan dan belas kasihan terhadap kehidupan pengemis kecil di kota Jakarta. Pengemis itu digambarkan sebagai jiwa kota Jakarta yang penuh dengan gemerlap metropolitan, pengemis seakan menjadi tanda kehidupan kota. Pengemis juga digambarkan memiliki martabat yang sama tingginya dengan orang lain, hanya saja kehidupannya berbeda dan terlunta-lunta.
            Pengemis kecil di kota Jakarta dalam puisi ini dikatakan oleh penyair dalam larik pertama sebagai gadis kecil berkaleng kecil. Pengemis ini sudah sangat akrab dalam duka dan penderitaan (Senyummu terlalu kekal untuk kenal duka).  Penyair ingin turut merasakan dan memahami kehidupan pengemis yang tinggal di kolong-kolong jembatan. Merasakan hidup yang hanya dipenuhi angan-angan untuk hidup dalam dunia yang gemerlapan dan kegembiraan yang semu (Hidup dari kehidupan angan-angan yang gemerlapan /Gembira dari kemayaan riang). Penyair menyatakan bahwa kehidupan pengemis sebenarnya memiliki martabat yang tinggi, bahkan penyair mengibaratkan tingginya melebihi menara katedral (Duniamu yang lebih tinggi dari menara katedral). Walaupun kehidupannya sudah terbiasa dengan keadaan yang kumuh, di atas air-air yang kotor (Melintas-lintas di atas air kotor, tapi yang begitu kau /hafal). Pengemis kecil tersebut dikatakan penyair memiliki jiwa yang begitu murni yang tidak sebanding untuk ikut merasakan duka dan haru dalam diri penyair.
            Gadis kecil berkaleng kecil itu telah menjadi tanda dan identitas ibu kota yang sarat dengan kehidupan yang gemerlap. Penderitaan yang dialami oleh pengemis kecil itu seakan menjadi pelengkap bagi ibu kota Jakarta yang penuh dengan kemewahan, bahwa di balik dunia yang gemerlap terdapat pula kehidupan yang kelam. Kehadiran pengemis ini dikatakan sangat penting oleh penyair, bahkan dikatakan oleh penyair jika pengemis itu mati, kehidupan di Jakarta akan menjadi sepi dan kehilangan identitas.

Analisis Struktural Puisi Gadis Peminta-minta

1.      Tema
Tema puisi “ Gadis Peminta-minta” adalah kemanusiaan. Dalam puisi ini penulis bermaksud mengajak pembaca agar tidak memandang rendah martabat gadis peminta-minta karena pada dasarnya kedudukan manusia semuanya sama di mata Tuhan.

2.      Nada dan Suasana
Puisi Gadis Peminta-minta bernada kesedihan dan keharuan penyair terhadap keadaan gadis peminta-minta pembawa kaleng kecil. kesedihan dan keharuan tersebut digambarkan dalam kalimat Senyummu terlalu kekal untuk kenal duka
                   Dalam puisi ini penyair menunjukkan bahwa dirinya begitu menjunjung tinggi kedudukan gadis peminta-minta. Suasana yang timbul akibat nada yang diperlihatkan oleh penyair menjadikan pembaca ikut terbawa suasana haru dan berempati pada gadis kecil berkaleng kecil itu.

3.      Diksi
Dalam puisi “Gadis Peminta-minta” penyair menggunakan bahasa yang begitu mendukung tema kemanusiaan, dimana penyair begitu terharu melihat kehidupan gadis peminta-minta. Bukti:
·  /Senyummu terlalu kekal untuk kenal duka/ maksudnya penyair tak mampu membagi duka yang dirasakan oleh dirinya karena gadis peminta-minta sudah dirasa cukup menderita menjalani kehidupannya.
·  /Ingin aku ikut, gadis kecil berkaleng kecil/, penyair bermaksud menunjukkan kepada pembaca perihal keinginannya untuk dapat merasakan kehidupan di lingkungan gadis peminta-minta.
·   
4.      Pengimajian (Citraan)
Ø  Citraan penglihatan
·  / Setiap kita bertemu, gadis kecil berkaleng kecil/ , penggalan bait di samping menunjukkan bahwa keberadaan gadis kecil memang bisa dilihat dan memang ada di mana-mana. Banyaknya gadis kecil berkaleng kecil menunjukkan bahwa banyak masyarakat yang hidup di bawah garis kemiskinan sehingga gadis kecil banyak turun di jalanan, menyodorkan kaleng demi mengharap iba dari orang lain.
·   
Ø  Citraan Perasaan
·  /Hidup dari kehidupan angan-angan yang gemerlapan/
/Gembira dari kemayaan riang/,
Penggalan bait di atas menunjukkan bahwa kebahagiaan yang dirasakan oleh gadis kecil hanya ada dalam angan karena kenyataannya hidupnya menderita.
·  /Jiwa begitu murni, terlalu murni/
/Untuk bisa membagi dukaku/
Penggalan bait di atas menunjukkan citraan perasaan karena kemurnian jiwa hanya dapat dirasakan bukan dilihat atau didengar.
5.      Kata Konkret
·  /gadis kecil berkaleng kecil/ untuk mengambarkan bahwa gadis itu seorang pengemis.
·  /pulang kebawah jembatan yang melulur sosok/  untuk mengambarkan tempat tidur yang pengap dibawah jembatan hanya dapat digunakan istirahat untuk dirinya sendiri.
·  /hidup dari kehidupan angan-angan yang gemerlap/ untuk mengambarkan hidup pengemis yang penuh dengan kemayaan, kebahagiaan yang mereka rasakan sebenarnya adalah penderitaan.
·   /duniamu yang lebih tinggi dari menara katendral/   mengkongkritkan gambaran tentang martabat gadis itu yang sama dengan martabat manusia lainya.
·  /bulan diatas itu tak ada yang punya/ kotaku hidup tak punya tanda/ menunjukkan bahwa jika tidak ada gadis peminta-minta maka tidak ada lagi yang identik di sebuah kota.

6.      Gaya Bahasa
·  majas similie
(Duniamu yang lebih tinggi dari menara katedral) membandingkan antara dunia yang dimiliki pengemis kecil dengan menara kartedral
·  Metafora
/Tengadah padaku, pada bulan merah jambu/ diibaratkan bahwa bulan berwarna merah jambu sedangkan seharusnya adalah putih. Makna yang dimaksud oleh baris ini adalah pengemis itu menengadah tanpa harapan.
·  Personifikasi
/Tapi kotaku jadi hilang, tanpa jiwa/ baris ini menunjukkan bahwa kota memiliki jiwa sedangkan yang memiliki jiwa hanyalah manusia.
·  Perlambangan yang digunakan dalam puisi ini adalah lambang benda yang ditunjukkan oleh /kaleng kecil/ dan /jembatan yang melulur sosok/. Lambang warna yang digunakan dalam puisi ini ditunjukkan oleh /pada bulan merah jambu/. Lambang suasana ditunjukkan oleh /Gembira dari kemayaan riang/.
7.      Amanat
1.    Sesama manusia kita harus saling menghargai tanpa memandang kedudukan social, karena pada dasarnya kedudukan kita sama di hadapan Tuhan.
2.   Dalam kehidupan memang selalu ada dua sisi, gelap dan terang, hitam dan putih, kaya dan miskin. Namun keadaan pasti berputar, dapat berubah sewaktu-waktu oleh karena itu jangan pernah menganggap rendah orang lain.
3.   Dalam kehidupan sosial rasa simpati dan empati sangat diperlukan untuk menciptakan hubungan yang harmonis, oleh karena itu rasa simpati dan empati perlu dikembangkan dalam kehidupan bermasyarakat.

Demikian penjelasan singkat mengenai apresiasi puisi gadis eminta-minta karya Toto Sudarto. Semoga bermanfaat bagi pembaca semuanya.

14 comments for "Apresiasi Puisi 'Gadis Peminta-minta' Karya Toto Sudarto"